Rabu, 23 Juni 2010

Pengembangan Kota Soreang Terkesan Lamban

Pengembangan Kota Soreang sebagai ibu kota Kabupaten dinilai banyak kalangan sangat lamban. Padahal masyarakat mengaharapkan kota Soreang menjadi sebuah kota perdagangan dan jasa yang sekaligus sebagai kota pekayayanan terhadap masyarakat dibidang pemerintahan yang refresentatif.


"Saya nilai kinerja Bappeda selaku perancang dan perencana kinerjanya masih kurang maksimal bila dilihat dari fungsi sebagai lembaga perencana pembangunan. Seharusnya Bappeda atau pemerintah (Pemkab-Red.) harus lebih tangkap berbagai aspirasi masyarakat. Apalagi menyangkut perkembangan sebuah kota yang selain memberikan keuntungan bagi masyarakat juga memberikan pemasukan terhadap PAD Pemkab," kata Misbah, 47, salah seorang tokoh masyarakat Soreang, Sabtu (14/9).

Keuntungan yang akan diperoleh bila pengembangan kota Soreang lebih cepat adalah, masyarakat akan lebih mudah mendapatkan pelayanan di bidang kebutuhan baik kebutuhan sandang maupun kebutuhan pangan dan hiburan. Karena selama ini masyarakat harus pergi ke kota Bandung untuk memenuhi kebutuhan. "Masyarakat Soreang dan sekitarnya akan lebih menghemat biaya kalau Soreang menjadi kota layaknya sebuah kota Kabupaten," katanya.

Penilaian lambannya pengembangan Kota Soreang juga dikatakan wakil dari LSM Sabda, Peduli Majalaya, maupun LSM Peduli Soreang. Mereka mengharapkan agar pengembangan kota Soreang sebagai kota reprensetatif segera terwujud. Untuk itu mengharapkan agar penertiban sarana prasarana untuk menunjang itu segera direalisasi. " Untuk pengembangan Soreang seharusnya dimulai dengan penertiban dan perbaikan sarana yang menunjang terciptanya kota Soreang terutama jalan tembus kota Soreang ke Pemkot Bandung melalui jalur Kopo," kata Asep S.

Hal tersebut juga dikatakan Budiman dari LSM Peduli Soreang, salah satu kendala sulitnya pengembangan kota Soreang diantaranya terjadinya kemacetan di beberapa titik sekitar jalur Kopo yang setiap hari terjadi. "Jalur jalan Kopo yang melintasi Sayati, Katapang sangat rentan akan kemacetan, sehingga jarak tempuh menjadi sulit diprediksi padahal jaraknya tidak terlalu jauh," katanya.


Belum banyak kegiatan usaha

Sementara itu Bupati Bandung H. Obar Sobarna, S.Ip. ketika membuka Lokakarya Rencana Terinci (detail) Tata Ruang Kawasan Kota Soreang belum lama ini mengatakan, untuk membangun sebuah kawasan tidak terlepas dari kegiatan usaha yang dilakukan. Sedangkan kegiatan usaha tersebut perlu penunjang masuk investor ke kota Soreang. Padahal selama ini para investor terlihat enggan untuk tinggal di Soreang karena sarana transportasinya terhambat dengan kemacetan di beberapa ruas jalan Kopo.

Ia juga mengakui, Soreang bisa dikatakan belum memenuhi skala ekonomi , karena di Soreang belum begitu banyak kegiatan usaha. Sehinga mereka (investor) berpikir beberapa kali untuk melakukan kegiatan usaha di Soreang atau pun tinggal. Oleh sebab itu, pengembangan perlu persiapan yang matang dan benar-benar ditata secara baik dan terinci.

Selain itu, Ia mengharapkan bila Soreang didorong dengan membangun berbagai lokasi perdagangan untuk menampung beberapa out let seperti di kawasan Bandung Utara. "Sudah selayaknya Soreang menyediakan lokasi perdagang yang menampung beberapa pedagang khusus seperti kawasan Cihampelas Bandung di Kota Soreang," ungkapnya.

Wilayah perencanaan pengembangan Soreang meliputi dua kecamatan, dengan luas perencanaan sekitar 753,68 ha. Yakni Kecamatan Soreang meliputi 5 desa yaitu Desa Soreang, Sadu, Panyirapan, Kramatmulya dan Desa Pamekaran. Sedang di Kecamatan Katapang terdiri dari 3 desa yaitu, Desa Cingcin, Gandasari dan Parungserab. (mug)


Sumber :
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=838
24 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar